CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 24 November 2008

Ketika Aku Menjadi Seorang Guru


Bagiku , perlu berpikir beberapa kali untuk memutuskan menjadi seorang guru . Karena menjadi seorang guru adalah hal yang tidak mudah . Masalahnya aku harus mentransfer ilmu yang ada dalam otakku kepada anak didikku . Memang kedengarannya sederhana , tapi menurutku itu semua memerlukan keahlian di luar dari kesederhanaan dalam menyampaikannya .

Sebenarnya aku bisa mengajarkan anak didikku dengan caraku yang apa adanya . Tapi , aku tidak mau seperti itu . Karena aku tidak ingin mencetak generasi penerus bangsa yang biasa-biasa saja . Generasi muda yang memiliki ilmu , namun tak mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan yang real . Yang menjadi follower , tidak bisa menjadi trendsetter . Hidup di jaman yang semakin tak terarah , tanpa bisa merubah keadaan kepada yang seharusnya .

Yang tidak terbayangkan lagi , itu adalah ulah dari sang guru yang gagal mengajarkan mereka . Karena sang guru hanya sekedar mentransfer ilmu saja . Dengan cara yang sederhana pula . Dan aku akan menggigit ibu jariku , jika guru itu adalah diriku sendiri . Sungguh aku tidak mau mendengar jika hal itu benar-benar terjadi .

Karena hal itulah , aku tidak mau sembarangan dalam mendidik anak didikku . Jika aku mampu , aku ingin menciptakan generasi yang bisa merubah bangsa menjadi lebih baik . Kalau bisa , sampai merubah dunia .

Seorang guru harus mengerti ilmu yang akan disampaikan . Karena jika tidak mengerti , bagaimana bisa dia membuat anak didiknya mengerti dalam belajar . Selain itu , guru mesti mempunyai kesabaran yang sangat . Karena seorang anak didik tidak lain tidak bukan , akan sama seperti anak kandung sendiri . Setekun-tekun nya anak dalam belajar , dia pun bisa membuat kejengkelan dan kenakalan yang mengalirkan darah sampai ke ubun-ubun kepala .

Banyak orang sukses yang bisa merubah dunia . Aku coba unuk meniru kesuksesannya . Tapi biar bagaimanapun , aku harus percaya pada diriku sendiri , bahwa aku pun bisa melakukannya .

Sosok seorang Ibu selalu terngiang-ngiang dalam pikiranku . Seorang yang mampu mendidik anak-anak nya dengan luar biasa . Dari tidak bisa menjadi bisa . Dari tidak tahu , menjadi serba tahu . Dari tidak mampu , menjadi mampu .

Aku akan mengajarkan anak didikku sebagaimana cara seorang Ibu mendidik anak-anak nya . Ya .. sosok Ibu ! Karena suatu saat nanti aku pun akan menjadi seorang Ibu . Dan Ibu itu adalah diriku sendiri .

Aku akan membimbing anak didikku dengan kasih sayang layaknya seorang Ibu terhadap anaknya . Mengajar dengan penuh kesabaran , dan selalu memberi senyuman . Ya..meskipun lelah dalam batinku , kepandaian dan kemampuan anak didikku setidaknya bisa menjadi penawar lelah dalam diriku . Bukti bahwa usaha ku tidak sia-sia .

Namun memberikan kebaikan belum tentu dibalas dengan kebaikan . Kesenangan yang aku berikan belum tentu dibalas dengan kesenangan oleh anak didikku . Suatu saat nanti mereka bisa membuatku tidak bisa mengendalikan emosiku .

Sebelum hal itu terjadi , aku tidak akan terlalu memanjakan mereka . Tidak pula protective kepada mereka . Sewajarnya saja . Karena aku tidak mau mereka di nina-bobokan dengan keindahan dan kesenangan . Mereka harus bisa mandiri . Semakin mereka dewasa , mereka akan menghadapi cobaan yang semakin berat .

Seorang Ibu pun selalu memberikan warning kepada anak-anak nya . Guru pun bisa melakukannya . Untuk itulah , sosok seorang Ibu bisa menjadi teladan untuk caraku mengajar .


gina nabillah . 10.1